
Dokumen foto khusus
Jakarta, NPLO Network – Indonesia, negeri dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kembali terluka. Serangkaian aksi intoleransi yang terjadi belakangan ini, khususnya insiden penyerangan tempat ibadah di Padang Sarai, Sumatera Barat pada Minggu, 27 Juli 2025, telah mengoyak semangat persatuan dan kerukunan yang selama ini kita jaga bersama. Insiden ini, menyusul kejadian serupa di Indragiri Hulu, Cidahu Sukabumi, GBKI Depok, dan GBKP Batam, menjadi pukulan telak bagi jiwa bangsa kita. Bukan hanya tindakan biadab, namun juga penghinaan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila dan konstitusi negara.
Merespon situasi darurat ini, Aliansi Masyarakat Anti Intoleransi (AMAI) hari ini, Sabtu (2/8/2025), mengadakan konferensi pers di Kantor Seknas Indonesia Maju, Jalan Jatinegara Barat No. 160 RT. 06/RW. 01, Jakarta Timur, pukul 13.00 WIB. Konferensi pers ini bertujuan untuk menyampaikan pernyataan sikap tegas dan mendesak pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi maraknya intoleransi yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kita tidak bisa tinggal diam,” tegas Fredi Moses Ulemlem, SH, MH, salah satu perwakilan AMAI. “Ini bukan hanya tentang perbedaan keyakinan, tetapi tentang serangan terhadap hak asasi manusia, hak beribadah, dan semangat kebersamaan yang telah membaur dalam sejarah bangsa ini. Kita melihat upaya untuk mematahkan sayap Garuda Indonesia, lambang kekuatan dan persatuan kita.”
AMAI menegaskan bahwa intoleransi merupakan ancaman serius yang harus dihentikan. Sikap tidak menerima perbedaan, ketidakmampuan menghargai keyakinan orang lain, berujung pada konflik sosial dan menghambat rasa persatuan nasional. Hal ini bertentangan dengan jaminan konstitusional atas kebebasan beragama (Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2) UUD 1945), UU HAM (Pasal 22), dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 18.
Konferensi pers AMAI menyerukan peningkatan pengawasan terhadap ujaran kebencian di media sosial, perlindungan hukum yang efektif bagi korban intoleransi, dan program edukasi publik yang massif untuk meningkatkan kesadaran dan toleransi antar-umat beragama. Mereka berharap pemerintah segera merespon seruan ini dengan tindakan nyata dan komprehensif.
“Kita harus bertindak sekarang juga,” tambah Gus Sholeh Mz, perwakilan AMAI lainnya. “Mari kita bangun Indonesia yang lebih toleran, harmonis, dan damai, sebuah Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Indonesia yang kita impikan bersama untuk anak cucu kita kelak.”
Konferensi pers AMAI ini menjadi panggilan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu melawan intoleransi. Mari kita jaga bersama semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan pastikan bahwa Garuda Indonesia terus terbang tinggi di langit persatuan. Mari kita bangun Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang penuh dengan cinta kasih dan toleransi.
Laporan: Jalal dan jaringan NPLO