Tulisan dari: Muhammad Khayr Musa
Jakarta, 6 Maret 2025 – Artikel opini yang diterbitkan oleh Aljazeera Net dengan judul “Kekerasan Maskulin Berkedok Ketaatan dan Berbalut Syariat” mengkritik budaya penundukan yang dipaksakan pada perempuan dalam masyarakat. Artikel yang ditulis oleh Muhammad Khayr Musa ini menyoroti bagaimana sebagian orang memanfaatkan ajaran Islam untuk membenarkan kekerasan terhadap perempuan.
Penulis menyorot penggunaan frasa seperti “budak di dapurmu” atau “pelayan di keluargamu” saat melamar perempuan sebagai contoh nyata dari budaya penundukan yang merendahkan martabat perempuan. Penulis juga mengkritik penafsiran yang keliru terhadap ajaran Islam, di mana sebagian orang memutarbalikkan makna ketaatan dan mengklaim hukum Islam untuk menindas hak-hak perempuan.
Penulis juga menyinggung wacana feminis yang menyerukan pemberontakan perempuan terhadap ketaatan. Penulis berpendapat bahwa wacana ini merugikan Islam dan gagal mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan.
Sebagai solusi, penulis menyerukan pembebasan wacana keagamaan dari kecenderungan maskulin dan penegasan kembali kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam martabat kemanusiaan. Artikel ini juga mengingatkan tentang tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan dalam merawat keluarga dan mendidik anak-anak, dengan menekankan bahwa ketaatan perempuan kepada suaminya adalah bagian dari tanggung jawab bersama tersebut.
Artikel ini menyoroti fenomena kekerasan sosial yang dialami perempuan, yang berasal dari pemahaman yang keliru tentang perempuan dan posisinya dalam keluarga dan masyarakat. Fenomena ini ditandai dengan budaya penundukan dan penghambaan serta penggunaan ajaran Islam secara keliru untuk membenarkannya.
Sebagai rekomendasi, penulis menyerukan pembebasan masyarakat dari tirani politik dan pembebasan wacana keagamaan dari kecenderungan maskulin. Penulis menekankan perlunya mengembalikan ajaran Islam pada esensinya yang menjunjung tinggi kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam martabat kemanusiaan. (RBT)