
Ir. R. Haidar Alwi, MT
Jakarta,- Dalam lanskap politik dan keamanan yang dinamis, spekulasi sering kali muncul sebagai akibat dari derasnya arus informasi dan persaingan kepentingan. Namun, ketika spekulasi tersebut menyasar isu-isu strategis seperti keamanan nasional dan lembaga vital seperti Polri, dampaknya meluas, tidak hanya memengaruhi opini publik. R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), menekankan pentingnya menghentikan spekulasi yang dapat merusak fondasi sosial dan keamanan negara.
“Spekulasi yang tidak berdasar dapat mengikis kepercayaan masyarakat dan legitimasi institusi, menciptakan instabilitas yang berbahaya,” ujar Haidar Alwi dalam keterangan tertulisnya, Ahad (29/09/2025).
Polri, sebagai lembaga penegak hukum, memegang peranan krusial dalam menjaga stabilitas nasional. Namun, ketika Polri menjadi target propaganda politik atau narasi yang tidak terverifikasi, kepercayaan masyarakat dapat merosot. Hal ini dapat menurunkan moral aparat dan menimbulkan skeptisisme terhadap otoritas hukum, yang pada gilirannya dapat mengancam stabilitas nasional.
Dampak buruk spekulasi tidak terbatas pada ranah sosial dan keamanan. Perekonomian nasional juga sangat bergantung pada persepsi stabilitas. Investor mempertimbangkan faktor keamanan sebelum menanamkan modal, dan spekulasi mengenai sektor keamanan dapat diterjemahkan sebagai risiko, mengganggu iklim usaha.
Dalam tataran global, spekulasi tentang instabilitas keamanan di Indonesia dapat diartikan sebagai kelemahan negara dalam mengelola tantangan domestik, menurunkan daya saing dalam geopolitik dan meragukan kepercayaan sebagai mitra strategis.
Haidar Alwi menekankan peran penting media dalam membentuk persepsi publik. Media yang hanya mengejar sensasi tanpa akurasi dan verifikasi dapat menjadi corong ideologi destruktif. Sebaliknya, media yang berpegang pada etika jurnalistik berfungsi sebagai penjernih, memberikan fakta dan analisis yang mendidik, serta membangun ketahanan masyarakat terhadap hoaks dan manipulasi informasi.
“Media arus utama perlu menyadari posisi mereka sebagai benteng terakhir untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar,” tegasnya.
Publik juga memiliki peran krusial dalam menghentikan spekulasi. Kritik tetap diperlukan sebagai pengawasan publik, tetapi harus didasarkan pada fakta, bukan rumor. Masyarakat dituntut untuk cerdas memilah informasi, berpikir kritis, dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang sengaja disebarkan.
Menghentikan spekulasi berarti menjaga stabilitas, melindungi legitimasi institusi, dan memastikan ruang publik tidak dikotori oleh informasi destruktif. Sinergi antara masyarakat rasional dan media bertanggung jawab akan memperkuat ketahanan nasional, menutup celah bagi kelompok oportunis, dan memastikan Indonesia tetap kokoh di tengah tantangan global.
Laporan: Jalal dan Tim