
Oleh: Jansen Leo Siagian, Mantan Eksponen 66 Dewan Pembina Forum Jurnalis Peduli Keadilan (FJPK), mantan Kader Partai Demokrat, dan Korwil Gerakan Jalan Lurus (GJL) Jabodetabek
Indonesia, negeri yang kaya akan sejarah dan dinamika politik, kerap kali diwarnai oleh berbagai peristiwa yang menguji ketahanan bangsa. Belakangan ini, munculnya berbagai narasi yang memojokkan Ibu Megawati Soekarnoputri, seorang tokoh kunci dalam sejarah reformasi dan perjalanan demokrasi Indonesia, menuntut kita untuk merenungkan kembali kontribusi beliau dan menjaga semangat persatuan.
Sebagai mantan aktivis Eksponen Angkatan ’66, saya ingin mengajak generasi muda untuk melihat lebih jauh perjalanan Ibu Megawati. Beliau bukan hanya tokoh penting dalam Reformasi ’98, berdampingan dengan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Sultan Hamengkubuwono X, Amien Rais, dan Nurcholis Madjid, tetapi juga seorang pemimpin yang telah memberikan kesempatan dan ruang bagi banyak pemimpin bangsa saat ini.
Mari kita renungkan beberapa hal penting:
– Susilo Bambang Yudhoyono (SBY): Kiprah SBY sebagai Presiden RI tidak terlepas dari pengalamannya sebagai Menteri di era pemerintahan Ibu Megawati. Pengalaman tersebut telah membentuk kepemimpinannya dan memberikan landasan yang kuat bagi karir politiknya.
– Joko Widodo (Jokowi): Perjalanan Jokowi menuju kursi Presiden RI juga tak lepas dari dukungan PDI-P, partai yang dipimpin Ibu Megawati. Dukungan tersebut, yang berujung pada dua periode kepemimpinannya, menunjukkan kepercayaan dan peran penting Ibu Megawati dalam membentuk kepemimpinan nasional.
– Prabowo Subianto: Kontribusi Ibu Megawati juga terlihat pada kepulangan Prabowo ke Indonesia dan kesempatannya untuk maju dalam pemilihan presiden. Hal ini menunjukkan komitmen Ibu Megawati dalam memperkuat persatuan dan rekonsiliasi nasional.
Semua ini membuktikan bahwa Ibu Megawati telah berperan besar dalam membentuk lanskap politik Indonesia dan memberikan kesempatan bagi banyak pemimpin untuk berkontribusi bagi negara. Sebagai anak dari Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, dan mantan Presiden RI ke-5, penghormatan kepada beliau adalah bagian dari menghargai sejarah dan perjuangan bangsa.
Kita perlu mengingat bahwa setiap pemimpin memiliki sisi baik dan buruk. Tidak ada manusia yang sempurna. Yang terpenting adalah kita mampu melihat kontribusi positif mereka bagi bangsa dan negara. Marilah kita fokus pada pembangunan dan kemajuan Indonesia, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Jangan sampai perbedaan pandangan menggoyahkan persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa.
Sebagai penutup, marilah kita terus berjuang untuk Indonesia yang lebih baik, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan persatuan. Semoga semangat kebersamaan dan rasa saling menghargai selalu terpatri di hati setiap warga negara Indonesia. Salam persatuan!