Oleh: Robinson Togap Siagian
Ceo Korando Media Group
Jakarta, 15 Desember 2024–Kecerdasan buatan (AI) semakin berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari industri hingga kehidupan sehari-hari. Namun, dengan kemajuan pesat ini muncul juga tantangan untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang etis dan bermanfaat bagi umat manusia. Di tengah perkembangan ini, Pancasila, dasar negara Indonesia, dapat memainkan peran penting dalam membentuk landasan moral dan etika bagi pengembangan dan penerapan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan.
Sam Altman, seorang pengusaha dan investor terkemuka asal Amerika Serikat, yang juga dikenal sebagai salah satu pendiri OpenAI, sering kali mengangkat isu tentang pengembangan AI yang aman dan berkelanjutan. Altman, yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Y Combinator, sebuah akselerator startup yang melahirkan banyak perusahaan sukses seperti Airbnb dan Dropbox, kini terlibat langsung dalam mendorong penelitian dan pengembangan AI melalui OpenAI, perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan membawa manfaat bagi seluruh umat manusia.
Namun, dalam konteks Indonesia, di mana Pancasila menjadi dasar negara, kita dapat melihat relevansi prinsip-prinsip Pancasila untuk menuntun pengembangan dan penerapan AI. Pancasila yang terdiri dari lima sila ini dapat menjadi panduan etis dalam menciptakan dan menggunakan teknologi AI, khususnya dalam hal keadilan sosial, kemanusiaan, dan kesetaraan.
Pancasila dan Kecerdasan Buatan: Prinsip Keadilan dan Kemanusiaan
Sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa,” mengingatkan bahwa dalam mengembangkan teknologi, termasuk AI, kita harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan moral. AI yang diciptakan tidak boleh bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang bermoral dan spiritual. Di sisi lain, Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” menekankan pentingnya perlakuan yang adil terhadap semua individu tanpa diskriminasi. Dalam konteks AI, prinsip ini dapat diterjemahkan menjadi perlunya pengembangan teknologi yang tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi dapat memberikan manfaat yang merata bagi seluruh masyarakat.
Pancasila juga mengajarkan pentingnya “Persatuan Indonesia” (Sila ketiga) yang menuntut adanya kolaborasi antarbangsa dalam mengatasi masalah global seperti dampak negatif AI, seperti penyalahgunaan teknologi dan pengangguran akibat otomatisasi. Dalam hal ini, negara-negara dapat bekerja sama untuk menciptakan kebijakan global yang memastikan bahwa AI digunakan untuk kepentingan umat manusia secara keseluruhan.
AI dalam Perspektif Global dan Indonesia
Altman sendiri sering mengingatkan bahwa kecerdasan buatan yang berkembang saat ini harus diterapkan secara hati-hati, dengan mempertimbangkan dampaknya pada masyarakat luas. OpenAI, yang didirikan dengan tujuan mengembangkan teknologi AI yang aman, mengusung visi untuk mencegah penyalahgunaan dan dampak negatif yang mungkin muncul. Dalam hal ini, Indonesia dengan nilai-nilai Pancasila dapat memberikan perspektif yang sangat relevan untuk menciptakan regulasi yang tidak hanya memperhatikan aspek teknis, tetapi juga kesejahteraan sosial, keadilan, dan kesetaraan bagi seluruh rakyat.
Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan berbagai tantangan sosial-ekonomi, Indonesia dapat mengambil peran sentral dalam memastikan bahwa AI tidak hanya berkembang secara teknis, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas, sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Ini adalah tantangan global yang membutuhkan pemikiran kolektif dan kolaborasi internasional, di mana Pancasila bisa menjadi landasan moral dalam menghadapi transformasi digital yang cepat.
Dengan begitu, pengaruh Pancasila terhadap kecerdasan buatan bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga dapat menjadi model bagi negara-negara lain dalam merumuskan kebijakan teknologi yang berkelanjutan dan adil. Pancasila memberikan kerangka kerja untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi, seperti AI, senantiasa berorientasi pada kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
Kesimpulan
Pancasila memiliki potensi besar untuk memandu perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia dan dunia, dengan menekankan nilai-nilai etika yang berfokus pada manusia. Sam Altman dan OpenAI merupakan contoh bagaimana pemikiran yang matang tentang perkembangan AI dapat sejalan dengan prinsip moral dan etika yang lebih luas. Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, Indonesia memiliki kesempatan untuk memainkan peran penting dalam membentuk arah perkembangan teknologi ini, memastikan bahwa kecerdasan buatan akan terus memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.