Foto Khusus
Yerusalem, 5 Maret 2025 – Badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet (Shabak), hari ini Selasa (4/3/2025) merilis hasil investigasi atas peristiwa 7 Oktober 2023, yang dikenal di Palestina sebagai “Badai Al-Aqsa”. Investigasi tersebut menyimpulkan adanya kegagalan intelijen yang signifikan dalam mengantisipasi serangan besar-besaran Hamas.
Laporan Shin Bet mengidentifikasi lima faktor utama yang berkontribusi pada kegagalan tersebut: pelanggaran berkelanjutan di Haram al-Sharif, perlakuan terhadap tahanan Palestina, kegagalan kepemimpinan politik, kelebihan perkiraan kemampuan pertahanan Israel, dan kurangnya pengawasan yang efektif. Kepala Shin Bet, Ronen Bar, mengakui bahwa peristiwa 7 Oktober sebenarnya bisa dihindari, meskipun dengan cara yang berbeda.
Salah satu kendala utama yang dihadapi Shin Bet adalah kesulitan dalam merekrut agen di Jalur Gaza. Pembatasan pergerakan di wilayah tersebut telah menghambat pengumpulan intelijen selama beberapa tahun terakhir, mengakibatkan celah informasi mengenai aktivitas Hamas. Shin Bet mengakui kegagalannya selama bertahun-tahun untuk mendeteksi rencana serangan Hamas, tidak menganggap rencana invasi ke kota-kota Israel sebagai ancaman serius meskipun menyatakan tidak meremehkan kemampuan Hamas. Salah satu alasan yang diberikan adalah keyakinan bahwa Hamas fokus pada eskalasi konflik di Tepi Barat. Lebih lanjut, kebijakan Israel untuk membeli ketenangan di Gaza juga disebut sebagai faktor yang memungkinkan Hamas untuk memperkuat persenjataan mereka.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Hamas mulai menggunakan kartu SIM Israel secara bertahap sejak 5 Oktober, dengan total 45 kartu SIM yang diaktifkan hingga fajar 7 Oktober.
Sementara itu, investigasi terpisah oleh Tentara Pertahanan Israel (IDF) juga mengakui “kegagalan total” dalam mencegah serangan tersebut, menyatakan bahwa pasukan IDF kewalahan pada jam-jam awal serangan dan penanggulangan baru dimulai pada siang hari. IDF mengakui jumlah korban jiwa yang tidak terduga. Seorang pejabat militer anonim menyatakan bahwa banyak warga sipil tewas tanpa adanya perlindungan memadai dari IDF.
Kedua investigasi ini telah memicu kritik dan pertanyaan serius mengenai kemampuan intelijen dan militer Israel, serta kebijakan politik yang diterapkan di Gaza. Hasil investigasi ini juga diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Laporan: Toguh